Ekonomi Makro
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR :
MPC DAN MULTIPLIER
A. Fungsi Konsumsi dalam Pendekatan Konvensional Versus Ekonomi Islam:
Konsumsi dalam suatu Negara terdiri dari pada
- Konsumsi pemerintah, yang terdiri dari; belanja pegawai negeri, penyediaan sarana public, dan subsidi
- Konsumsi Rumah Tangga
Pendekatan Ekonomi Konvensional :
Besar dan kecilnya konsumsi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Tingkat pendapatan/Kekayaan
2. Tingkat suku bunga dan spekulasi
3. Sikap berhemat
4. Budaya dan Gaya Hidup
Dalam suatu Negara, ketika Pemerintah merubah konsumsi/ pembeliannya terhadap barang atau jasa, maka kurva aggregate demand bergeser secara langsung.
Perubahan Konsumsi Pemerintah
Ada dua akibat makro ekonomi dari perubahan konsumsi pemerintah :
1. The multiplier effect
2. The crowding- out effect (nanti dibahas oleh peserta lain yang berkaitan dengan kebijakan fiskal)
The multiplier effect :
- Pembelian pemerintah dikatakan mempunyai ekfek multiplier terhadap Aggregate Demand..
- Setiap rupiah yang dibelanjakan oleh pemerintah dapat meningkatkan aggregate demand untuk barang dan jasa lebi besar dari satu rupiah.
Formula untuk Multiplier adalah :
Multiplier = 1/(1-MPC)
Angka yang penting adalah MPC (Marginal Popensity of Consume)
Pengertian dari MPC adalah bagian dari tambahan pendapatan yang dikonsumsi oleh rumah tangga (tidak ditabung)
Dalam hal ini jika MPC adalah 3/4 , maka multiplier adalah :
Multiplier = 1/(1- 3/4) = 4
A. Fungsi konsumsi dalam pedekatan ekonomi Islam :
Pengaruh prinsip-prinsip Islam terhadap pengeluaran konsumsi dengan pendapatan yang muncul dalam suatu ekonomi. Dalam hal ini ada 4 hipotesa teoritis sbb :
1. Hipotesa Pendapatan mutlak
2. Hipotesa Pendapatan Relatif
3. Hipotesa Pendapatan Permanen
4. Hipotesa Siklus Kehidupan
Hipotesa Pendapatan Mutlak :
Menurut hipotesa ini konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (dispossable income) pada periode tersebut. Naik pendapatan konsumsi akan naik juga. Namun peningkatan konsumsi lebih kecil dari kenaikan pendapatan.
LPC dan MPC menurun dengan meningkatnya pendapatan, dengan penurunan yang lebih besar yaitu LPC. Elastisitas konsumsi terhadap pendapatan positif namun kurang dari satu.
Ct = f (Yt) dimana C = pengeluaran, Y =pendapatan bersih & t= waktu.
Zakat dan sedekah mempengaruhi lereng fungsi konsumsi dan juga besanya intesep.
Zakat manfaat cukup besar antara lain :
- Zakat dapat meningkatkan asset dan peningkatan pendapatan.
- Jumlah penerima zakat kecil dibandingkan pemberi zakat sehingga zakat dapat keperluan negara yang lain.
- Zakat dapat dikumpulkan setiap saat, saat pendapatan telah melebihi nisab.
- Muslim beriman tidak akan meghindar untuk membayar zakat, dan dapat dipaksakan dengan undang-undang.
Pengaruh zakat untuk pengeluaran pribadi, dianalisa dengan fungsi konsumsi liner, dan non liner.
Pada ekonomi konvensional APC dan MPC sbb :
APC = ( C ) = a + b
Y z=0 Y
MPC = ( dC ) = b
dY z=0
Untuk ekonomi Islam persamaannya menjadi:
APC = ( C ) = a + bβ – α b + δ (1- β ) + αβ
Y z>0 Y
MPC = ( dC ) = bβ – α b + δ (1- β ) + αβ
dY z>0
Hipotesa Pendapatan Relatif:
Konsumsi rata-rata dan Kosumsi Marginal sama.
Zakat dan sedekah akan mengurangi konsumsi , mengurani ketidak merataan.
Zakat dan sedekah dapat meningkatkan jumlah tabungan yang akan diarahkan untuk investasi.
Hipotesa Pendapatan Permanen :
Besar zakat tetap misalnya zakat profesi adalah 2, 5 % berapapun penghasilannya zakat tetap 2,5 %, karena pertimbangan agama dan ketentuan atau hukum dari ALLAH, tidak seperti pajak. Sehingga konsumsi permanen agregat tidak akan berpengaruh terhadap redistribusi pendapatan
Hipotesa Siklus kehidupan :
Kosumsi tidak tergantung dengan pendapatan saat ini, namun juga dari pendapatan yang diharapkan untuk masa yang akan datang telah diatur konsumsi selama hidup.
B. Perilaku Pengeluaran Konsumen di Negara Islam
Dalam hipotesa dan pengujian sampel dari beberapa Negara Islam ditemukan bahwa dalam jangka panjang hasrat konsumsi marginal meningkat. Penemuan ini tampak bertenangan dengan hipotesa yang menyebutkan bahwa hasrat konsumsi stabil dan konstan dalam jangka panjang.
Hipotesa mengejar konsumsi ( HMK);
Sebelumnya merupakan barang mewah, sekarang berubah menjadi kebutuhan dan tingkat pendapatan baru.
Hasrat konsumsi akan stabil dan proporsi konsumsi terhadap pendapatan tercapai.
Dari bukti empiris terhadap 17 negara Islam menunjukan bahwa perilaku konsumsi negara Islam tidak mendukung Hipotesa Pendapatan Absolut, Hipotesa Pendapatan Relatif dan Hipotesa Siklus Kehidupan.
Kosumsi tertinggi terdapat pada Negara-nara Timur Tengah penghasil minyak dan Afrika Utara.
Islam tidak mengajari pola hidup mewah dan boros atau pengeluaran yang berlebihan. Bila ha ini diterapkan akan dapat mengurangi konsumsi total dan dapat meningkatkan volume tabungan.
Fungsi Tabungan dan Investasi Dalam Pendekatan Konvensional versus Ekonomi Islam
A. Pendekatan Konvensional
Suatu Pemikiran alternatif Dalam Equilibrium Pasar Barang, Investasi = Tabungan
Ada suatu pemikiran dalam suatu pasar barang yang terkait antara produksi dan permintaan. Teori ini menyatakan bahwa tingkat investasi dalam suatu pasar barang adalah sama dengan tingkat tabungan. . Teori ini dikemukanan oleh John M.Keynes pada tahun 1936 dalam bukunya The General Theaory of Employment, Income and Money.
Tabungan perorangan dapat didefinisikan sbg tabung oleh konsumen, yg merupakan sia penerimaan sesudah dikurangi konsumsinya. Hal itu dapat digambarkan dalam persamaan berikut :
S = YD – C dan
S = Y – T – C
Tabungan Masyarakat dapat didefinisikan sbg pajak sesudah dikurangi belanja pemerintah, T – G.
Jika penerimaan pajak melebihi belanja pemerintah , pemerintah akan mendapat surplus anggaran à tabungan masyarakat positif
Sebaliknya jika penerimaan pajak lebih kecil dari belanja pemerintah , maka pemerintah akan mengalami defisit anggaran à tabungan masyarakat negatif
Hal tsb dapat digambarkan dengan persamaan berikut :
S = I + G – T
Atau
I = S + (T-G)
Untuk memperjelas hal tsb, dapat di bayangkan dalam suatu perekeonomian sederhana dengan hanya satu orang penduduk yang melakukan keputusan konsumsi, investasi dan tabungan . Misalkan seorang yang terdampar dan tinggal seorang diri di suatu pulau, maka keputusan menabung dan berinvestasi merupakan hal yang sama. Apa yang diinvestasikan merupakan tabungannya pula
Dalam suatu perekonomian yang modern, keputusan investasi dilakukan oleh perusahaan, sementara tabungan dilakukan oleh konsumen dan pemerintah
Sebagai ringkasan, maka ada 2 persamaan untuk menggambarkan kondisi equilibrium di pasar barang , yaitu
Produksi = Permintaan
Investasi = Tabungan
B. Pendekatan Ekonomi Islam :
Fungsi Investasi dalam ekonomi Islam amat berbeda dengan fungsi investasi dalam ekonomi konvensional. Perbedaan terjadi terutama karena pengusaha Islam tidak menggunakan tingkat bunga dalam menghitung investasi
- Implikasi dari Ajaran Islam thd Investasi
Investasi di negra penganut ekonomi Islam dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
o Ada sangsi untuk pemegang aset yang tidak produktif
o Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan judi
o Tingkat bunga untuk penjaman = 0
Menurut pandangan sejumlah tkoh agama, seorang muslim yang menginvestasikan tabungannya tidak akan terkena zakat, tetapi ia harus membayar Zakat atas hasil yang diperoleh dari investasi tsb. Islam juga melarang berbagai bentuk spekulasi , jual beli barang tanpa melihat barang serta transaksi di depan.
Larangan spekulasi dalam ekonomi Islam berimplikasi thd perilaku ekonomi, yaitu
- Tidak ada tabungan yg disalurkan ke usaha yg mencari kuntung dari capital gains. Tabungan harus dibuat aktif dg melakukan investasi nyata
- Permintaan uang untuk spekulasi tidak ada dalam ekonomi Islam. Maka tidak dijumpai permintaan akan uang utk tujuan spekulasi
- Dalam jangka pendek , tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi akan lebih stabil , krn tidak ada aktivitas spekulasi di pasar modal
Fungsi Investasi dalam Ekonomi Islam , dapat digambarkan sbb :
I = φ (r, ZA , Zπ, u) dan
R = r ( SI )
SF
__ __
Karena ZA = ZA dan Zπ = Zπ , maka dapat ditulis juga :
I = ψ (r, μ )
Permintaan investasi akan meningkat jika
- Meningkatnya tingkat keuntungan yg diharapkan
- Meningkatnya tingkat iuran thd aset yg tidak produktif
Tingkat keuntungan yang diharapkan bukan sbg variable kontrol , maka variable yg dipakai oleh otoritas Islam adalah tingkat biaya atas aset yang tidak produktif. Variabel ini merupakan alternatif tingkat bunga yang biasa berlaku dalam negara non Islam
Pada gambar memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan , semakin besar volume investasinya. Dalam ekonomi yang menerapkan hukum Islam, permintaan investasi akan menurun sampai nol pada titik dimana tingkat keuntungan menjeadi negatif , yaitu pada nilai
ZA
Zπ – 1
Diatas titik tsb, investasi menjadi suatu fungsi dari keuntungan yang diharapkan meningkat
Dalam ekonomi Islam , tidak akan terjadi kasus dimana ongkos opportunitas menjadi nol. Dengan kata lain semua bentuk aset yang tidak produktif (termasuk pinjaman tanpa bunga) yang melebihi nisab dan kebutuhan hidup akan dikenakan zakat. Karena itu kemungkinan untuk r (Z-1) = 0 tidak akan pernah terjadi
Bunga bukan merupakan hambatan untuk meningkatkan investasi.
Dari hal tsb , maka permintaan investasi Islam memenuhi kualifikasi sbb :
1. Sebagian besar investasi dalam ekonomi Islam adalah otonom. Penabung Islam tidak semata-mata mencari motif keuntungan, tetapi juga mencari ridho Allah
2. Investor muslim mengharapkan keuntungan investasinya dalam batas-batas yang wajar dan menjauhi berbagai bentuk pemerasan à diharapkan tingkat keuntungan investasi adalah lebih tinggi pada masyarakat penganut ekonomi Islam
3. Motivasi individu muslim tidak semata mencari keuntungan maksimal tetapi juga mencari prinsip kejujuran
Kesimpulan
Kesimpulan
1. Penerapan prinsip Islam tampaknya akan mendistribusikan pendapatan secara berkelanjutan yang menguntungkan orang liskin dan kelompok yg memerlukannya. Hal ini disebabkan oleh adanya Zakat dan pengeluaran karena Allah
2. Pengaruh distribusi akan bergantung pada perilaku pengeluaran konsumen.
3. Tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi ekonomi Islam. Volume investasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yg diharapkan
4. Biaya yang dikeluarkan atas aset yang tidak produktig menjadi variable kontrol dan dapat digunakan untuk mendorong investasi
5. Permintaan investasi baru di negara ekonomi Islam akan turun ke tingkat nol, hanya pada situasi dimana tingkat keuntungan yang diharapkan nilainya negatif
Dalam ekonomi konvensional , permintaan investasi akan turun menjadi nol, jika tingkat keuntungan yang diharapkan menurun ke tingkat minimum, tetapi masih positif.
Daftar Pustaka :
1. Bahan Kuliah dari Bapak Nurul Huda
2. Buku Teori dan Model Ekonomi Islam, Prof. Dr. MM Metwally
3. Bahan Matrikulasi
Ekonomi Makro
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR :
MPC DAN MULTIPLIER
A. Fungsi Konsumsi dalam Pendekatan Konvensional Versus Ekonomi Islam:
Konsumsi dalam suatu Negara terdiri dari pada
- Konsumsi pemerintah, yang terdiri dari; belanja pegawai negeri, penyediaan sarana public, dan subsidi
- Konsumsi Rumah Tangga
Pendekatan Ekonomi Konvensional :
Besar dan kecilnya konsumsi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Tingkat pendapatan/Kekayaan
2. Tingkat suku bunga dan spekulasi
3. Sikap berhemat
4. Budaya dan Gaya Hidup
Dalam suatu Negara, ketika Pemerintah merubah konsumsi/ pembeliannya terhadap barang atau jasa, maka kurva aggregate demand bergeser secara langsung.
Perubahan Konsumsi Pemerintah
Ada dua akibat makro ekonomi dari perubahan konsumsi pemerintah :
1. The multiplier effect
2. The crowding- out effect (nanti dibahas oleh peserta lain yang berkaitan dengan kebijakan fiskal)
The multiplier effect :
- Pembelian pemerintah dikatakan mempunyai ekfek multiplier terhadap Aggregate Demand..
- Setiap rupiah yang dibelanjakan oleh pemerintah dapat meningkatkan aggregate demand untuk barang dan jasa lebi besar dari satu rupiah.
Formula untuk Multiplier adalah :
Multiplier = 1/(1-MPC)
Angka yang penting adalah MPC (Marginal Popensity of Consume)
Pengertian dari MPC adalah bagian dari tambahan pendapatan yang dikonsumsi oleh rumah tangga (tidak ditabung)
Dalam hal ini jika MPC adalah 3/4 , maka multiplier adalah :
Multiplier = 1/(1- 3/4) = 4
A. Fungsi konsumsi dalam pedekatan ekonomi Islam :
Pengaruh prinsip-prinsip Islam terhadap pengeluaran konsumsi dengan pendapatan yang muncul dalam suatu ekonomi. Dalam hal ini ada 4 hipotesa teoritis sbb :
1. Hipotesa Pendapatan mutlak
2. Hipotesa Pendapatan Relatif
3. Hipotesa Pendapatan Permanen
4. Hipotesa Siklus Kehidupan
Hipotesa Pendapatan Mutlak :
Menurut hipotesa ini konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (dispossable income) pada periode tersebut. Naik pendapatan konsumsi akan naik juga. Namun peningkatan konsumsi lebih kecil dari kenaikan pendapatan.
LPC dan MPC menurun dengan meningkatnya pendapatan, dengan penurunan yang lebih besar yaitu LPC. Elastisitas konsumsi terhadap pendapatan positif namun kurang dari satu.
Ct = f (Yt) dimana C = pengeluaran, Y =pendapatan bersih & t= waktu.
Zakat dan sedekah mempengaruhi lereng fungsi konsumsi dan juga besanya intesep.
Zakat manfaat cukup besar antara lain :
- Zakat dapat meningkatkan asset dan peningkatan pendapatan.
- Jumlah penerima zakat kecil dibandingkan pemberi zakat sehingga zakat dapat keperluan negara yang lain.
- Zakat dapat dikumpulkan setiap saat, saat pendapatan telah melebihi nisab.
- Muslim beriman tidak akan meghindar untuk membayar zakat, dan dapat dipaksakan dengan undang-undang.
Pengaruh zakat untuk pengeluaran pribadi, dianalisa dengan fungsi konsumsi liner, dan non liner.
Pada ekonomi konvensional APC dan MPC sbb :
APC = ( C ) = a + b
Y z=0 Y
MPC = ( dC ) = b
dY z=0
Untuk ekonomi Islam persamaannya menjadi:
APC = ( C ) = a + bβ – α b + δ (1- β ) + αβ
Y z>0 Y
MPC = ( dC ) = bβ – α b + δ (1- β ) + αβ
dY z>0
Hipotesa Pendapatan Relatif:
Konsumsi rata-rata dan Kosumsi Marginal sama.
Zakat dan sedekah akan mengurangi konsumsi , mengurani ketidak merataan.
Zakat dan sedekah dapat meningkatkan jumlah tabungan yang akan diarahkan untuk investasi.
Hipotesa Pendapatan Permanen :
Besar zakat tetap misalnya zakat profesi adalah 2, 5 % berapapun penghasilannya zakat tetap 2,5 %, karena pertimbangan agama dan ketentuan atau hukum dari ALLAH, tidak seperti pajak. Sehingga konsumsi permanen agregat tidak akan berpengaruh terhadap redistribusi pendapatan
Hipotesa Siklus kehidupan :
Kosumsi tidak tergantung dengan pendapatan saat ini, namun juga dari pendapatan yang diharapkan untuk masa yang akan datang telah diatur konsumsi selama hidup.
B. Perilaku Pengeluaran Konsumen di Negara Islam
Dalam hipotesa dan pengujian sampel dari beberapa Negara Islam ditemukan bahwa dalam jangka panjang hasrat konsumsi marginal meningkat. Penemuan ini tampak bertenangan dengan hipotesa yang menyebutkan bahwa hasrat konsumsi stabil dan konstan dalam jangka panjang.
Hipotesa mengejar konsumsi ( HMK);
Sebelumnya merupakan barang mewah, sekarang berubah menjadi kebutuhan dan tingkat pendapatan baru.
Hasrat konsumsi akan stabil dan proporsi konsumsi terhadap pendapatan tercapai.
Dari bukti empiris terhadap 17 negara Islam menunjukan bahwa perilaku konsumsi negara Islam tidak mendukung Hipotesa Pendapatan Absolut, Hipotesa Pendapatan Relatif dan Hipotesa Siklus Kehidupan.
Kosumsi tertinggi terdapat pada Negara-nara Timur Tengah penghasil minyak dan Afrika Utara.
Islam tidak mengajari pola hidup mewah dan boros atau pengeluaran yang berlebihan. Bila ha ini diterapkan akan dapat mengurangi konsumsi total dan dapat meningkatkan volume tabungan.
Fungsi Tabungan dan Investasi Dalam Pendekatan Konvensional versus Ekonomi Islam
A. Pendekatan Konvensional
Suatu Pemikiran alternatif Dalam Equilibrium Pasar Barang, Investasi = Tabungan
Ada suatu pemikiran dalam suatu pasar barang yang terkait antara produksi dan permintaan. Teori ini menyatakan bahwa tingkat investasi dalam suatu pasar barang adalah sama dengan tingkat tabungan. . Teori ini dikemukanan oleh John M.Keynes pada tahun 1936 dalam bukunya The General Theaory of Employment, Income and Money.
Tabungan perorangan dapat didefinisikan sbg tabung oleh konsumen, yg merupakan sia penerimaan sesudah dikurangi konsumsinya. Hal itu dapat digambarkan dalam persamaan berikut :
S = YD – C dan
S = Y – T – C
Tabungan Masyarakat dapat didefinisikan sbg pajak sesudah dikurangi belanja pemerintah, T – G.
Jika penerimaan pajak melebihi belanja pemerintah , pemerintah akan mendapat surplus anggaran à tabungan masyarakat positif
Sebaliknya jika penerimaan pajak lebih kecil dari belanja pemerintah , maka pemerintah akan mengalami defisit anggaran à tabungan masyarakat negatif
Hal tsb dapat digambarkan dengan persamaan berikut :
S = I + G – T
Atau
I = S + (T-G)
Untuk memperjelas hal tsb, dapat di bayangkan dalam suatu perekeonomian sederhana dengan hanya satu orang penduduk yang melakukan keputusan konsumsi, investasi dan tabungan . Misalkan seorang yang terdampar dan tinggal seorang diri di suatu pulau, maka keputusan menabung dan berinvestasi merupakan hal yang sama. Apa yang diinvestasikan merupakan tabungannya pula
Dalam suatu perekonomian yang modern, keputusan investasi dilakukan oleh perusahaan, sementara tabungan dilakukan oleh konsumen dan pemerintah
Sebagai ringkasan, maka ada 2 persamaan untuk menggambarkan kondisi equilibrium di pasar barang , yaitu
Produksi = Permintaan
Investasi = Tabungan
B. Pendekatan Ekonomi Islam :
Fungsi Investasi dalam ekonomi Islam amat berbeda dengan fungsi investasi dalam ekonomi konvensional. Perbedaan terjadi terutama karena pengusaha Islam tidak menggunakan tingkat bunga dalam menghitung investasi
- Implikasi dari Ajaran Islam thd Investasi
Investasi di negra penganut ekonomi Islam dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
o Ada sangsi untuk pemegang aset yang tidak produktif
o Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan judi
o Tingkat bunga untuk penjaman = 0
Menurut pandangan sejumlah tkoh agama, seorang muslim yang menginvestasikan tabungannya tidak akan terkena zakat, tetapi ia harus membayar Zakat atas hasil yang diperoleh dari investasi tsb. Islam juga melarang berbagai bentuk spekulasi , jual beli barang tanpa melihat barang serta transaksi di depan.
Larangan spekulasi dalam ekonomi Islam berimplikasi thd perilaku ekonomi, yaitu
- Tidak ada tabungan yg disalurkan ke usaha yg mencari kuntung dari capital gains. Tabungan harus dibuat aktif dg melakukan investasi nyata
- Permintaan uang untuk spekulasi tidak ada dalam ekonomi Islam. Maka tidak dijumpai permintaan akan uang utk tujuan spekulasi
- Dalam jangka pendek , tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi akan lebih stabil , krn tidak ada aktivitas spekulasi di pasar modal
Fungsi Investasi dalam Ekonomi Islam , dapat digambarkan sbb :
I = φ (r, ZA , Zπ, u) dan
R = r ( SI )
SF
__ __
Karena ZA = ZA dan Zπ = Zπ , maka dapat ditulis juga :
I = ψ (r, μ )
Permintaan investasi akan meningkat jika
- Meningkatnya tingkat keuntungan yg diharapkan
- Meningkatnya tingkat iuran thd aset yg tidak produktif
Tingkat keuntungan yang diharapkan bukan sbg variable kontrol , maka variable yg dipakai oleh otoritas Islam adalah tingkat biaya atas aset yang tidak produktif. Variabel ini merupakan alternatif tingkat bunga yang biasa berlaku dalam negara non Islam
Pada gambar memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan , semakin besar volume investasinya. Dalam ekonomi yang menerapkan hukum Islam, permintaan investasi akan menurun sampai nol pada titik dimana tingkat keuntungan menjeadi negatif , yaitu pada nilai
ZA
Zπ – 1
Diatas titik tsb, investasi menjadi suatu fungsi dari keuntungan yang diharapkan meningkat
Dalam ekonomi Islam , tidak akan terjadi kasus dimana ongkos opportunitas menjadi nol. Dengan kata lain semua bentuk aset yang tidak produktif (termasuk pinjaman tanpa bunga) yang melebihi nisab dan kebutuhan hidup akan dikenakan zakat. Karena itu kemungkinan untuk r (Z-1) = 0 tidak akan pernah terjadi
Bunga bukan merupakan hambatan untuk meningkatkan investasi.
Dari hal tsb , maka permintaan investasi Islam memenuhi kualifikasi sbb :
1. Sebagian besar investasi dalam ekonomi Islam adalah otonom. Penabung Islam tidak semata-mata mencari motif keuntungan, tetapi juga mencari ridho Allah
2. Investor muslim mengharapkan keuntungan investasinya dalam batas-batas yang wajar dan menjauhi berbagai bentuk pemerasan à diharapkan tingkat keuntungan investasi adalah lebih tinggi pada masyarakat penganut ekonomi Islam
3. Motivasi individu muslim tidak semata mencari keuntungan maksimal tetapi juga mencari prinsip kejujuran
Kesimpulan
Kesimpulan
1. Penerapan prinsip Islam tampaknya akan mendistribusikan pendapatan secara berkelanjutan yang menguntungkan orang liskin dan kelompok yg memerlukannya. Hal ini disebabkan oleh adanya Zakat dan pengeluaran karena Allah
2. Pengaruh distribusi akan bergantung pada perilaku pengeluaran konsumen.
3. Tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi ekonomi Islam. Volume investasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yg diharapkan
4. Biaya yang dikeluarkan atas aset yang tidak produktig menjadi variable kontrol dan dapat digunakan untuk mendorong investasi
5. Permintaan investasi baru di negara ekonomi Islam akan turun ke tingkat nol, hanya pada situasi dimana tingkat keuntungan yang diharapkan nilainya negatif
Dalam ekonomi konvensional , permintaan investasi akan turun menjadi nol, jika tingkat keuntungan yang diharapkan menurun ke tingkat minimum, tetapi masih positif.
Daftar Pustaka :
1. Bahan Kuliah dari Bapak Nurul Huda
2. Buku Teori dan Model Ekonomi Islam, Prof. Dr. MM Metwally
3. Bahan Matrikulasi
0 Response to "Ekonomi Makro"
Posting Komentar